Komunikasi memiliki makna subjektif
maupun objektif bagi pelaku yang terlibat di dalamnya. Komunikasi dialog sangat
mempengaruhi proses suatu hubungan dan sebuah tatanan. Komunikasi dinilai
memiliki pola-pola interpretasi, maksudnya penafsiran bagaimana caranya
memahami sebuah isi pesan dan bagaimana ia membentuk semacam makna sehingga
jika makna-makna tersebut tidak bisa diterima atau bertentangan, maka akan
menimbulkan chaos atau konflik karena
komunikasi di satu sisi merupakan alat bagaimana sebuah pesan penyampaian
tanda-tanda dari simbol itu menjadi basic untuk melihat proses komunikasi itu
sendiri.
Ada anggapan menurut
Anderson bahwa jika ada proses komunikasi yang penafsirannya tidak bisa
dipahami bersama atau ada sudut pandang yang berbeda terhadap dunia, maka akan
menimbulkan potensi chaos atau
konflik. Sehingga perlu ditempuh upaya untuk mengatasi miss understanding maupun miss
interpretation.
Teori Interaksionisme
Simbolik yang dikembangkan oleh Herbert Mead mengungkapkan interaksi sesama
manusia terhadap objek maupun antar manusia dan peristiwa-peristiwa yang
dipahami dan dimaknainya tergantung pada simbol-simbol dan tanda-tanda yang
diserap. Seseorang akan mendefinisikan situasi realitasnya berdasarkan
persepsinya atas realitas tersebut. Bahasa merupakan medium yang dijadikan
proses interaksi tersebut. Manusia mendefinisikan, memahami, dan menyadarinya
berdasarkan pemahaman terhadap bahasa tersebut sehingga mempengaruhi proses
sosialisasinya terhadap individu lainnya atau tradisi kultur proses sosialisasi
(sosio-cultural tradition).
Pearce and Cronen
melakukan definisi makna dan memanage
makna tersebut. Teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses dialog atau conversation, proses komunikasi mengkonstruksi
atau membentuk realitas sosial mereka sendiri secara stimultan melalui proses
yang bertahap lalu membentuk dan memaknai sudut pandangnya atas dunia. Mereka
dapat mencapai satu kesepahaman bersama dalam konteks common understanding. Mereka mencapai satu pemahaman secara
koordinatif yang memungkinkan dialog-dialog yang terjadi memberikan proses
pembelajaran dan pengajaran serta peningkatan kualitas pemahaman terhadap orang
lain.
Burgon dalam teorinya
‘penyimpangan komunikasi’ atau komunikasi yang destruktif mengatakan bahwa
komunikasi yang didasarkan pada ekspektasi kepada orang lain menyebabkan proses
kesalahpahaman dimana strateginya adalah melakukan konformitas (penyesuaian).
Maksudnya, ketika sebuah makna-makna komunikasi ambigu (mendua) dan tidak
jelas, maka akan menghasilkan titik-titik konflik atau kesalahpahaman bahkan
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan ketegangan atau agresifitas. Karenanya,
upaya persuasif yang tak diharapkan dalam proses komunikasi antarpersona
sebaiknya dihindarkan lalu mengubah proses komunikasinya menjadi searah, bisa
diterima, dan sesuai harapan antara komunikan dan komunikatornya.
Buller dan Burgon
mengungkapkan adanya proses kesimpangsiuran atau manipulasi dalam komunikasi
yang disebabkan karena pemberian proses informasi yang berlebihan (overload)
dimana melalui proses komunikasi tersebut responden biasanya termanipulasi
bahkan terjadi bias kebenaran.
Altman dan Taylor
mengungkap tentang teori penetrasi sosial. Bahwa hubungan antarpersona itu
ditunjukan secara bertahap dimana tingkat kedekatan dan keakraban terjadi dalam
proses yang lama dan bertahap yang selanjutnya membentuk konsep penetrasi
sosial. Dalam hal ini komunikasi yang intens (terus menerus) terjadi dan akhirnya
akan membentuk proses penetrasi sosial dimana individu dalam posisi ini tidak
punya pilihan lain terhadap informasi yang diterimanya.
semua teori ini ada gunanya gak sih? gak ada contoh aplikasinya, jadi bingung :|
BalasHapusmas pengertian dari order out of chaos itu sendir apa yah??
BalasHapusOrder out of chaos adalah MOTTO dari Illuminati.... Untuk new world order
BalasHapus