Upacara ini
diselenggarakan sebelum ijab kabul dilaksanakan, tepatnya ketika pengantin
laki-laki memasuki halaman rumah calon pengantin perempuan. Dalam upacara ini
terdapat kombinasi seni tari, seni suara, dan seni lawak yang dimainkan secara
bersamaan dalam bentuk dialog antar pemainnya dan diikuti juga dengan gerak
tari. Upacara ini diiringi dengan alunan musik yang disebut gending. Adapun irama gending yang
mengiringi upacara tersebut diantaranya irama ricik-ricik, cirebonan, gunung sari, gudril, dan eling-eling. Busana
yang dipakai pemain Surantani dan Suradenta berupa pakaian adat Jawa berwarna
hitam dengan memakai iket wulung
jeblakan, dan tidak memakai alas kaki.
Adapun dialog yang
digunakan dalam upacara itu hanya sebatas pada pemaknaan terhadap brenong kepang (peralatan dapur). Dialog
yang digunakan kedua pemain dalam Begalan ini menggunakan bahasa Banyumasan.
Prosesi dialognya dimulai dengan penyebutan salah satu nama dari brenong kepang oleh Surantani, kemudian Suradenta
mengartikannya dan juga berlaku sebaliknya sembari diiringi dengan lawakan yang
dapat mengundang tawa.
Penyebutan barang
bawaan tersebut diantaranya ilir
(kipas yang terbuat dari anyaman bambu), dan cething (tempat untuk menaruh nasi). Ilir mengandung nasehat dalam mengarungi rumah tangga yang baru,
sepasang suami istri harus mampu membedakan antara pergaulan yang baik dan
buruk dalam bermasyarakat. Sementara cething
mengandung nasehat bahwa dalam hidup bermasyarakat sepasang suami istri harus
mempunyai tatanan sehingga tidak berbuat semaunya sendiri. Dan masih banyak
lagi penyebutan baran-barang lainnya yang terdapat dalam upacara ini. Biasanya
setelah upacara Begalan ini selesai, brenong
kepang atau peralatan dapur yang dibawa menjadi rebutan masyarakat sekitar
yang ikut menyaksikan prosesi tersebut.
Dalam ritual ini
terdapat nilai–nilai dan makna–makna yang terkandung di dalamnya. Dalam ritual Begalan ini terdapat makna
tekstual, makna simbolik, dan makna kontekstual.
- Makna Tekstual dalam upacara Begalan ini
adalah memberikan bekal kepada pengantin tentang dunia rumah tangga,
tentang apa yang seharusnya dilakukan pada saat memulai hidup berumah
tangga.
- Makna simbolik ini berkaitan dengan
filosofi dari Begalan tersebut. Filosofinya antara lain :
1. Wangking/pikulan adalah
mengisyaratkan simbol mikul dhuwur
mendhem
jero.
Artinya orang hidup jejodohan selalu ada yang berat dan ada yang ringan. Oleh
karenanya segala perkara harus direngkuh bareng.
1.
Ilir yaitu dapat bermakna jagad besar dan jagad
kecil. Orang berumah tangga baru memasuki jagad cilik. Jagad dalam ilir itu ada
empat sudut, yang berarti bahwa pengantin harus bisa memberikan kesejukan
kepada pojok papat (empat) yaitu
bapak, ibu, mertua laki-laki, dan mertua perempuan. Fungsi ilir adalah dapat ngadem-ngademi
(penyejuk) sesama pasangan jika telah terjadi kekisruhan. Selain itu ilir juga bersifat mendatangkan angin
untuk mengusir bau yang tidak sedap dalam kehidupan berumah tangga.
2.
Cheting berarti wadah nasi (tempat nasi
dari bambu). Artinya manusia hidup berada dalam wadah (dunia) yang memiliki
aturan-aturan tertentu. Aturan-aturan itu berarti syariat islam.
3.
Kukusan, kaku pisan/kakune mung sepisan. Orang hidup harus kaku atau kokoh dalam
memegang 5 M yakni metu yakni harus
keluar untuk bebrayan dengan tetangga
tepalih. Mengkurep berarti eling
dumateng kekalih tiang sepah. Mlumah
berarti eling kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Modot berarti modot pemikirane. Atau ayo mbangun
katresnan lan: mencapai cita-cita kalian. Pemikirane ingkang modot dan berkembang.
4.
Centong berarti keadilan dalam rumah
tangga. Karena centong selalu digerakan kekanan dan kekiri. Yang menggambarkan
kedua pengantin laki-laki dan perempuan perlu adil dan seimbang dalam segala
gerakan.
5.
Irus berarti tumindake
sing lurus anggone jejodohan. Irus juga bermakna singkatan: i: iman, r:
rukun, u: usaha, s: sekalian. Hal ini berarti: ayo pada usaha bebarengan kanthi rukun lan guyub di dasari
keimanan. Fungsi irus adalah untuk
mencicipi makanan. Artinya laki-laki hendaknya tidak selingkuh dan mencicipi
istri orang.
6.
Siwur artinya asihe
ojo diawur-awur artinya seseorang pengantin jangan selingkuh.
7.
Tampah, berfungsi kanggo nyunggi. Artinya seorang istri atau suami harus bisa nyunggi atau menjaga aib dari kekurangan
kedua belah pihak. Selain itu tampah juga berfungsi untuk menyeleksi mana beras
dan mana kotoran yang bukan beras. Oleh karenanya perkataan dan perbuatan perlu
diseleksi mana yang baik mana yang buruk.
8.
Pari berarti mapar
tur keri artinya harus memperhatikan bobot, bebet, bibit dan kalau sudah
tua hendaknya pandai merunduk.
9.
Ciri dan mutu. Ciri dan mutu harus seimbang
cara memakainya. Jika tidak seimbang maka terjadi musibah.
10. Suket; suwe luwih raket.
11.
Suluh; kanggo
mbakar-mbakar. Jadi jangan sampai kebakar antara kedua pengantin.
12.
Kendil; ken dadi lancer. Artinya sakinah, mawadah dan warohmah
·
Makna Kontekstual dari Begalan ini adalah dengan
adanya menyelenggarakan upacara adat Begalan ini terdapat suatu permohonan
keselamatan di dunia terhadap kehidupan pengantin berdua dalam mengarungi
kehidupan barunya. Permohonan keselamatan ini seperti diwujudkan dalam brenong kepang (barang bawaan yang
berupa peralatan dapur) yang memiliki makna masing – masing barang bawaan
tersebut.
KESIMPULAN (ebeg 2)
Nilai merupakan
sesuatu yang dipercaya masyarakat yang mempunyai tolak ukur baik / tidak. Nilai
yang dapat diambil dari tradisi Begalan ini adalah sebagai piwulang
(pelajaran), nasehat, dan bekal bagi calon pengantin dalam mengarungi hidup
berumah tangga.